Sabtu, 24 Oktober 2009

Dunia perTelevisian ternyata PALSU

. Sabtu, 24 Oktober 2009

Semarang , 25 Oktober 2009

Kali ini saya akan sedikit mengupas tentang topik dunia artifisial televisi. maksudnya kepura puraan dalam acara televisi begituu. Sekarang adakah yang tidak artifisial pada acara hiburan televisi??? saya pikir tidak ada sebab penonton acara musik, peserta kuis, dan pemain reality show sebagian besar adalah orang bayaran. NAh loh ???

Seperti pada hari kamis 20 oktober 2009 pukul 08.00 di pelataran Gedung TransTV. Sekitar 150 anak muda dengan pakaian meniru gaya artis berkerumun di depan panggung musik Derings (TransTV). Posisi mereka ditata sedemikian rupa agar indah jika dibidik kamera dari berbagai sudut. Setiap musik mengentak, mereka berjingkrak. Tanpa komando, mereka langsung lincah. Kehadiran mereka membuat siaran langsung program Derings pagi itu menjadi hidup. Nah sekarang siapakah sebenarnya mereka ????



Iya mereka adalah penonton bayaran yang biasa berkeliaran di sejumlah studio televisi swasta. Indra, misalnya, pagi itu tampil di acara Derings. Sore hari dia ada di TPI ikut dalam pengambilan gambar kontes bintang Starbuzz. Di acara itu dia tidak tampil sebagai penonton yang lincah bergoyang, melainkan juri yang ceriwis. wah wah ternyata semua itu rekayasa kan ??

Begitu pula Cicin. Rabu pagi, dia ada di acara Derings, siang di Missing Lyrics (TransTV), dan sore di acara Mantap (ANTV). Malam hari jika diminta, dia bisa nongkrong di studio televisi mana pun. Dia munuturkan bisa ngumpulkan uang Rp 100.000 dari tiga acara. Sebulan penghasilan bersihnya Rp 2,5 juta. Wah ada yang berminat ??? ha ha ha :D

Orang-orang seperti Cicin dan Indra jumlahnya ribuan. Mereka dikoordinasi para penyalur penonton bayaran, di antaranya Elly Suhari yang akrab disapa Mpok Elly.

Ia mengaku setiap hari menggerakkan 500 penonton bayaran ke 6-8 acara televisi. dia tinggal telepon koordinator lapangan lalu mereka membagi-bagi ’pasukan’ ke studio yang membutuhkan.

Elly memiliki 10 koordinator lapangan di Jabodetabek. Merekalah yang bertugas menjaring orang-orang yang ingin menjadi penonton bayaran. Dulu susah mencari penonton namun sekarang mereka antre mendaftar. Wah wah sebagian hanya ingin masuk TV dan mencari jalan jadi artis. Sebagian lagi cari makan, tutur Elly yang terjun sebagai penyalur penonton sejak 2007.

Siapa pun yang mendaftar tidak dia tolak yang penting orangnya mau diatur, lincah, dan ramai pasti bisa masuk.

Harsono Wahyudi, penyalur penonton lainnya, juga tidak memilih-milih orang yang ingin menjadi penonton bayaran dia hanya menegaskan kepada mereka bahwa nonton itu kerja, tepuk tangan kerja, dan tidak bergoyang di acara musik itu ’dosa’,” ujar Harsono. Ia mulai terjun ke bisnis ini sejak 2005. Dalam sehari dia menggerakkan 300 orang ke sejumlah acara, antara lain Dahsyat (RCTI) dan Opera Van Java (Trans7).

Calon penonton yang telah direkrut, kata Elly, biasanya diklasifikasikan berdasarkan usia, profesi, dan tampang. Hal ini dia lakukan sebab tiap acara membutuhkan karakter penonton yang berbeda.

Elly bercerita, suatu ketika dia diminta mendatangkan penonton berwajah petani untuk acara penyuluhan pertanian. ”Saya pikir, kok permintaannya aneh. Untung ada anak buah saya yang wajahnya seperti petani, ha-ha-ha....”

Harsono juga pernah mendapat permintaan aneh. ”Ada stasiun televisi yang minta dicarikan penonton bertubuh cebol. Pernah juga diminta mencari orang yang wajahnya gampang dirias seperti kuntilanak.

Apa pun permintaan stasiun televisi, agen penonton bayaran selalu berusaha memenuhi. Maklum, putaran uang dari bisnis ini cukup menggiurkan. Elly mengatakan, sebulan dia bisa mengantongi keuntungan Rp 35 juta, sementara Harsono rata- rata Rp 10 juta.

Sekarang mengapa televisi perlu penonton bayaran?
Kepala Divisi PR Marketing TransTV Hadiansyah menjelaskan bahwa penonton sesungguhnya bagian dari pertunjukan. ”Jadi, mereka harus ada. Tanpa penonton, sebuah acara musik, misalnya, tidak akan meriah,” ujarnya. Stasiun televisi, lanjutnya, tak bisa mengandalkan penonton sukarela sebab mereka sulit diatur. ”Kalau penonton profesional, mereka sudah tahu benar tugasnya.”

Persoalannya, mencari penonton yang sukarela datang ke studio sekarang tergolong sulit, apalagi banyak acara yang proses pembuatannya pagi atau tengah malam. Itulah mengapa semua stasiun TV mendatangkan penonton bayaran.

TransTV, kata Hadiansyah, menggunakan jasa penonton yang disalurkan delapan agen. ”Itu kami lakukan agar penontonnya tidak itu-itu saja.”

Begitulah, dunia hiburan TV memang serba artifisial atau buatan. Fenomena penonton bayaran hanyalah salah satunya. Kalau mau jujur, tepuk tangan di acara talk show, kemeriahan di acara variety show, tangis dan tawa di acara kuis, bahkan drama di acara reality show yang mengangkat urusan pribadi, sebagian besar juga hasil rekayasa.

Ironisnya, sebagian besar pemirsa percaya bahwa apa yang ditampilkan televisi adalah realitas sungguhan, apalagi jika nama acaranya diimbuhi merek reality show.

disadur dari KOMPAS

12 komentar:

Unknown mengatakan...

ternyata begitu yc
payah banget nyari penonton aja pake di bayar berarti acara nya ga mampu datangin penonton,harus di bayar dulu baru mau nonton
sama aja acarany kurang menarik

Cepi Nadir Harsono mengatakan...

Wahahaha... Cepi udah duga pasti begitu!! wah.. penghasilannya besar juga yah?? :D

Miawruu mengatakan...

namanya juga dunia entertainment. Mana ada sih yang nyata. semuanya hasil dari rekayasa

Nurlaili Fajriyah mengatakan...

wahh,, Q juga sempet nanya2 ndiri waktu nonton acara musik yg bnyk dtanyangkan d stasiun2 TV.. koq penontonnya kompak banget yaa...?? mule dari baju,, gerakan... klo cuma sekelompok orang (teman) kuq bisa banyak bgd kek gtu?? hmm.. ternyata emang udah dibayar thoo??

MOCHAMMAD FATHONNY LESSY mengatakan...

@ lely : iya aku juga baru nyadar

@ kucing tengil : iya yah bener juga

@ cepi nadir harsono : iyah , cepi mau ikutan ?? hha :D

@ joker : tapi kenapa yah penonton di layar kaca bisa terhipnotis dengan keadaan demikian sehingga rating acara tersebut meningkat

mollee mengatakan...

pernah punya pengalaman nonton acara nya tukul sob(tp kita penonton sungguhan bukan bayaran hahahahah), saat ada acara tanya jawab sama artis penonton pada ditawarin sapa mau tanya??tapi pertanyaanya juga uda ditentuin kok sm produser acaranya hahaha mana ada se yang gak direkayasa sama televisi???kyk acara reality show mana ada yang real harusnya namanya fake show bro ....

indmaxo mengatakan...

wach,,,,setuju dg artikelx nich,,,emang dr dulu dh gw kira......!!!
tp itu semua apalah,tiada daya tiada guna kalo qta tak tau arti kebenaran,,,karna sesungguhx itusemua hanyalah permainan,hidup didunia ini memang PERMAINAN,,,makax law ga pengn di bt maen2,,,let's look for the KEBENARAN HAKIKI, sory bhasa jelek coz lom bisa,,maklum alinsanu makhalull khotok wanisyan...hmhmhmhmhhhh
hmhmhmmwwkwkwkwkwkwkwk,,,,,wlwlwlwl,,,wkwkwkwk

MOCHAMMAD FATHONNY LESSY mengatakan...

@ mollee : iya kalo tukul c aku tau kalo itu bukan ayaran , tapi liat lah acara musik sekarang sekarang yang sedang populer ?? keliatan rekayasa banget kan ??

@ IMAM MAKSUM : wah makasih atas tanggapannya sobat , gak papa kok sante aja semua bebas mengeluarkan suara :)

Anonim mengatakan...

wah..wah.... bener ternyate prasangka guwe selama ini..... mantap infonya..... kunjungin blog aq jg ya.... :)

ابن آدم mengatakan...

wakakakakkaka... :D

Blognya Arie mengatakan...

payahpayahbrarti tanpa itu tv gx lakuhuuuapalah !!!

Aditia mengatakan...

hhmmmm...jadi tipi tukang tepuu dwonks !!!:D

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com